Panjat tebing
atau istilah asingnya dikenal dengan Rock Climbing merupakan salah satu
dari sekian banyak olah raga alam bebas dan merupakan salah satu bagian
dari mendaki gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki
melainkan harus menggunakan peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk
bisa melewatinya. Pada umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang
berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih dari 45°
dan mempunyai tingkat kesulitan tertentu.
Pada sekitar tahun 1960, perkembangan panjat tebing di Indonesia dimulai, dimana Tebing 48 di Citatah, Bandung. mulai dipakai sebagai ajang latihan oleh pasukan TNI AD.
Tahun 1976, merupakan awal mula panjat tebing modern di Indonesia dimulai, yaitu ketika Harry Suliztiarto mulai berlatih memanjat di Citatah, Bandung dan diteruskan dengan mendirikan SKYGERS ''Amateur Rock Climbing Group'' bersama tiga orang rekannya, Heri Hermanu, Dedy Hikmat dan Agus R, yang pada tahun 1977.
Tahun 1979, Harry Suliztiarto memanjat atap Planetarium Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
yang merupakan upaya mempublikasikan olahraga panjat tebing di
Indonesia. Skygers mengadakan Sekolah Panjat Tebing yang pertama pada
tahun 1981.
Tahun 1980, Tebing Parang, Purwakarta, Jawa Barat. Untuk pertama kalinya dipanjat oleh team ITB, dan masih pada tahun yang sama Wanadri menjadi team Indonesia pertama yang melakukan ekspedisi ke Cartenzs ''Pyramide'', mereka gagal sampai puncak, namun berhasil di Puncak Jaya dan Cartenzs Timur.
Tahun 1982,
terjadi tragedi dengan merenggut korban tewas pertama panjat tebing
Indonesia adalah Ahmad, salah satu pemanjat asal Bandung, tragedi
terjadi ketika melakukan pemanjatan pada Tebing 48 di Citatah.
Pada tahun 1984, Skygers dan Gabungan Anak Petualang memanjat Tebing Lingga di Trenggalek, Jawa Timur serta Tebing Ulu Watu di Bali.
Tahun 1985, Tebing Sorelo, Lahat, Sumatra Selatan. dipanjat oleh Team Ekspedisi Anak Nakal.
Pada tahun 1986, Kelompok Gabungan Exclusive berhasil memanjat Tebing Bambapuang di Sulawesi Selatan, Lalu Kelompok Unit Kenal Lingkungan Universitas Padjajaran memanjat Gunung Lanang di Jawa Timur, Team Jayagiri merampungkan Dinding Ponot di Bendungan, Si Gura-gura, Sumatra Utara.
Ekspedisi Jayagiri mengulang pemanjatan Eiger, berhasil dengan
menciptakan lintasan baru. Sebagai catatan, bahwa kompetisi panjat
tebing pertama di dunia diselenggarakan di Uni Soviet, kompetisi
dilaksanakan pada tebing alam dan sempat ditayangkan oleh Televisi
Republik Indonesia.
Tercatat pada tahun 1987, Ekspedisi Wanadri yang menyelesaikan pemanjatan di Tebing Unta di Kalimantan Barat, Kelompok Trupala memanjat Tebing Gajah di Jawa Tengah dan Skygers memanjat Tebing Sepikul di Jawa Timur. Pada tahun ini pula lomba panjat tebing di Indonesia yang pertama dilaksanakan, yaitu di Tebing Pantai Jimbaran, Bali.
Tahun 1988, Kantor Menpora bekerjasama dengan Kedutaan Besar Perancis
mengundang empat pemanjat mereka untuk memeperkenalkan dinding panjat
serta memberikan kursus pemanjatan. Pada akhir acara, terbentuk Federasi Panjat Gunung dan Tebing Indonesia(FPTGI), yang diketuai oleh Harry Suliztiarto. Pada tahun yang sama Aranyacala Trisakti mengadakan ekspedisi panjat tebing, pada Tower III, Tebing Parang, Jawa Barat. yang dipanjat oleh kelompok yang kesemua anggotanya putri. Kelompok putranya memanjat Tebing Gunung Kembar di Citeureup, Bogor.
Sandy Febryanto (Alm) dan Djati Pranoto melakukan panjat kebut yang
pertama dilakukan di Indonesia, di Tower I Tebing Parang, yang mana
merupakan pemanjat tebing besar pertama yang dilakukan tanpa menggunakan
alat pengaman, waktu yang diperlukan adalah empat jam.
Di tahun ini(1988), Ekspedisi Jayagiri Speed Climbing memerlukan
waktu lima hari pemanjatan dan menjadi penyebab kagagalan untuk memenuhi
target dua hari pemanjatan di Dinding Utara Eiger, Alpen, Perancis.
Sedangkan ekspedisi dari Pataga Jakarta
berhasil menciptakan lintasan baru pada dinding yang sama.
Keberangkatan Sandy Febriyanto dan Djati Pranoto ke Yosemite, AS. untuk
memanjat Half Dome guna memecahkan rekor Speed Climbing, pada tahun
1988, dan mengalami kegagalan pula di El Capitan.
Tahun 1989,
dunia panjat tebing Indonesia merunduk dilanda musibah dengan gugurnya
salah satu pemanjat terbaik: Sandy Febriyanto, terjatuh di Tebing Pawon, Citatah, Bandung.
Tapi tak lama, semangat almarhum seolah justru menyebar ke segala
penjuru, memacu pencetakan prestasi panjat tebing di bumi pertiwi ini,
seperti: Ekspedisi Putri Lipstick Aranyacala memanjat Tebing Bambangpuang, lalu dari Arek Arek Young Pioner Malang memanjat Tebing Gajah Mungkur di seputaran Kawah Gunung Kelud, Kelompok Mega dari Univeritas Taruma Negara
mengadakan Ekspedisi Marathon Panjat Tebing yang merambah tebing-tebing
Citatah, Parang, Gajah Mungkur dan berakhir di Uluwatu, Bali. dalam
waktu hampir sebulan, ini merupakan marathon panjat tebing pertama di
Indonesia.
Di tahun ini(1989) tak kurang sepuluh kejuaraan panjat tebing
diselenggarakan, beberapa yang besar diantaranya: Unpad Bandung, Tri
Sakti Jakarta, ISTN Jakarta, Markas Kopassus Grup I di Serang, dua kali
oleh Trupala Jakarta (Balai Sidang Ancol). Kelompok Kapa Ul dan Geologi
ITB. Di akhir tahun 1989, ditutup dengan gebrakan Budi Cahyono yang
melakukan pemanjatan solo di Tebing Tower III Parang, ini merupakan
artificial solo Climbing pertama pada tebing besar di Indonesia.
Tahun 1990,
Lomba Panjat Dinding Nasional (LPDN) di gelar di Jakarta, dengan
ketinggian 15 meter dan dibangun empat sisi. Pada tahun ini pula, Pataga
Jakarta mendaki Puncak Carstenz Pyramide dan Puncak Jaya.
Tahun 1991,
Rapat Paripurna Nasional FPTI yang pertama di selenggarakan di Puncak
Jabar. Pada tahun ini, untuk pertama kalinya Indonesia mengirimkan atlit
panjat tebing di kejuaraan Oceania- Australia,
empat atlit yang dikirim hanya Andreas dan Deden Sutisna yang mendapat
peringkat keempat dan lima. Dengan keikutsertaan ini membuka mata dunia
panjat tebing Internasional, bahwa Indonesia sudah memepunyai atlit
panjat tebing berskala Internasional. FPTI mengeluarkan peraturan panjat
dinding pertama dan Pengda FPTI Jatim bekerjasama dengan Impala
Univeritas Merdeka Malang yang mengadakan Climbing Party di Lembah Kera, diikuti oleh puluhan pemanjat, membuat jalur-jalur pada Lembah Kera dan diskusi panjat tebing.
Gabungan tim panjat tebing Putri yang terdiri dari Atlet Aranyacala
Trisakati, Mahitala Unpar dan IKIP Bandung Mengadakan pemanjatan di Half Dome, AS. Ekspedisi pemanjatan putri tahun 1991 di Cima, Ovest, Italy.
Di tahun ini pula tercatat beberapa kecelakaan di dinding panjat:
Zainudin tewas di Samarinda karena tidak memasang pengaman, tiga
pemanjat lagi jatuh dan cedera (lumpuh dan patah tulang), semua kejadian
tersebut disebabkan oleh tidak diikutinya prosedur keselamatan
pemanjatan. Satu prestasi lagi dilakukan oleh Maully MW Wibowo,
melakukan pemanjatan solo (free solo) pertama di Bambapuang.
Tahun 1992,
Kejurnas Panjat Tebing I, di selenggarakan di Padang. Tampil sebagai
juara adalah kontingen dari Jakarta. Ronald Marimbing dan Panji Santoso
mengikuti Asian Championship di Seoul.
Sementara Mamay S, Salim dan Maully MW Wibowo mengikuti kursus Juri dan
Pembuat Jalur disambung dengan Rapat CICE Asia. Budi Cahyono, yang
dikontrak oleh perusahaan Rokok, berangkat ke Taiwan untuk melakukan
Pemanjatan Iklan. FPTI diterima secara resmi menjadi anggota UIAA,
disusul dengan pengiriman ke Rapay CICE Asia di Hongkong.
Pada tahun 1994, Tim FPTI gagal berangkat ke Fixroy dan Aconcagua.
Secara resmi FPTI menjadi Anggota KONI yang ke 50. Ronald M dan Nunun
Masruruh menduduki peringkat ke sembilan dan keduabelas di kejuaraan
Asia ke III di Jepang, sementara Hendricus Mutter rapat CICE di Jepang.
Mamay S’Salim dan Kresna Huiarna melakukan pembuatan jalur di
tebing-tebing Taiwan.
Tahun 1995, Rapat Paripuma Nasional FPTI III, terselenggara di Kaliurang, Yogyakarta. Kejumas Panjat Tebing ke III diadakan di Alun-alun Utara Yogyakarta, dan Juara Umum diboyong oleh DKI Jakarta dengan menggeser kontingen Jawa Barat dan Sumatra Barat.
Dalam Kejumas III ini pula mulai dilombakan kelas panjat Speed yang
pertama diadakan di Indonesia. Masih pada bulan yang sama, tahun 1995,
di Yogyakarta diadakan pula kursus Juri dan Pembuat Jalur, diikuti oleh
Pengurus Pengda FPTI series dari ABRI dan Pramuka.
Pada tahun 1997,
Asmujiono dan disusul Missirin (Kopassus) yang tergabung dalam expedisi
gabungan sipil dan militer ke Puncak Everest, berhasil mencapai puncak
dan berhasil menjadi orang Asia Tenggara pertama yang mencapai Puncak Everest.
Tahun 2000, panjat tebing resmi menjadi cabang olah raga yang dipertandingkan di Pekan Olahraga Nasional ke XV, di Surabaya sebagai cabang olahraga mandiri. Pada tahun yang sama, Sekolah Vertical Rescue
angkatan pertama diselengggarakan oleh Perguruan Panjat Tebing SKYGERS
Indonesia dengan jenazah Roni Aral yang berhasil dievakuasi oleh tim vertical rescue SKYGERS dari kedalaman 600m di Gunung Cikuray, Jawa Barat.
Tahun 2001, tim vertical rescue SKYGERS terlibat dalam evakuasi dua jenazah di Gunung Salak, Jawa Barat.
Pada tahun 2003, rekor baru pembuatan jalur panjat tebing alam terbanyak tercipta sebanyak 400 buah jalur pemanjatan oleh Tedi Ixdiana. Tebing Siung
di Kawasan Yogjakarta digempur oleh tim SKYGERS , berakhir dengan
terciptanya 45 jalur. Tedi Ixdiana dan Tim MATRA membuat jalur free climbing pertama di Gunung Krakatau, Selat Sunda.
Pada Tahun 2004, Pemanjatan Tebing Pantai Jawa dan Bali oleh SKYGERS dan Tim EXPEDITION METRO TV 2004. termasuk pemanjatan Tebing Mandu, Indonesia.
Pada Tahun 2005, Indonesia menggirimkan Tedi Ixdiana dan Murjayanti untuk mengikuti kejuaraan panjat tebing alam “International Invitation Tournament”, di Huguan Taihang Mountain Gorges, Chiangzhi, China. Pada tahun yang sama pula, pemanjatan pada tujuh air terjun di Indonesia diprakarsai oleh tim EXPEDITION-MERTO TV dan SKYGERS.
Jenis Batuan Tebing
Jenis batuan tebing yang biasa digunakan untuk pemanjatan dalam olah raga panjat tebing adalah sebagai berikut; [3]
• Batu Andesit
• Batu Kapur
• Batu Karang
Peralatan Panjat Tebing
Jumlah setiap peralatan yang digunakan akan dipengaruhi oleh jumlah
pemanjat, tehnik pemanjatan maupun medan pemanjatan. Macam peralatan
akan dipengaruhi oleh kesiapan pemanjat, baik kemampuan maupun
antisipasinya.
Berikut beberapa peralatan dasar yang digunakan untuk memanjat tebing:[4]
• Helm, pada pemanjatan tebing berfungsi kurang lebih sama dengan helm pada umumnya yaitu untuk melindungi kepala dari benturan.
• Carnmantle/tali panjat, merupakan peralatan pengaman utama bagi pemanjat dari kejatuhan dengan jarak ketinggian tertentu. Panjang Carnmantle rata-rata adalah 50 meter.
• Shoes/sepatu untuk panjat tebing maupun panjat
dinding memiliki kesamaan fungsi, yaitu untuk membantu kaki pemanjat
berpijak pada permukaan rata dan melindungi kaki dari tusukan tajamnya
bebatuan maupun gesekan bebatuan yang kasar.
• Tas Magnesium/Magnesium bag, merupakan sebuah
tas kantung untuk menampung bubuk magnesium yang membantu pemanjat
mengurangi basah pada telapak tangan ketika melakukan pemanjatan,
sehingga dapat membuat pegangan pemanjat tetap stabil.
• Sling, sangat bermanfaat pada panjat tebing maupun panjat dinding, sling dapat digunakan sebagai runners, back up maupun menjadi bagian pengaman lainnya. Sling dibagi menjadi dua macam, sling prusik dan sling webbing, untuk panjang dan diameter sling memiliki banyak variasi.
• Body harness, merupakan peralatan panjat yang dikenakan pada tubuh. Body harness biasa digunakan untuk rescue dan flying fox . body harness membantu penggunanya untuk tetap dalam posisi duduk.
• Seat harnes, merupakan peralatan yang dikenakan oleh
pemanjat untuk di kenakan pada pinggang dan memiliki banyak fungsi.
seperti,mengaitkan body pemanjat pada tali pengaman. benda ini juga merupakan tempat dimana alat-alat panjat seperti piton, sling, carabiner, chock , maupun peralatan lain yang dibutuhkan.
• Sarung tangan, akan melindungi tangan bagi belayer ketika mengamankan pemanjat maupun rapler dari bahaya gesekan telapak tangan dengan tali pengaman.
• Hammer/palu, sangat dibutuhkan untuk pemasangan pengaman buatan berupa piton pada panjat tebing, cara membawa hammer akan lebih mudah bagi pemanjat jika tali pada hammer disilangkan pada bahu pemanjat.
• Carabiners, diciptakan untuk menggabungkan berbagai jenis peralatan. Carabiners memiliki banyak bentuk dan variasi, umumnya carabiners dibagi menjadi dua jenis, yaitu carabiner non screw gate dan carabiner screw gate. Carabiners biasa dihubungkan pada tali maupun pengaman untuk pemanjatan, carabiner sangat kuat karena sebuah nyawa disandarkan pada carabiner ketika dilakukan suatu pemanjatan dari bahaya jatuhnya pemanjat dari ketinggian.
• Quick draw/runner, merupakan gabungan antara prusik dan dua buah carabiner. Biasanya digunakan untuk menjadi bagian penyambung antara chocks, friends, tricams, bolts ataupun pitons terhadap tali carnmantel.
• Hand ascender, merupakan peralatan yang digunakan
untuk membantu pemanjat dalam menaiki tebing dan bertumpu pada bantuan
tali, secara otomatis hand ascender maupun jenis ascender lainnya akan mencatut tali jika diberi beban dan akan mudah digeser jika tidak memiiki beban.
• Ascender handle, juga merupakan jenis ascender. Ascender handle merupakan pengembangan dari hand ascender dengan fungsi yang dimiliki kurang lebih sama.
• Rigger plate, berfungsi sebagai plat conector dari anchor point ke lintasan, karena dalam beberapa kasus dibutuhkan beberapa lintasan dalam satu anchor point fix. Rigger plate terdiri dari sebuah plat yang memiliki beberapa lubang, yang dapat ditempati oleh lebih dari 2 pengaman.
• Edge Rollers, Merupakan pelindung tali yang didesign
untuk mencegah terjadinya gesekan antara tali dengan sudut bidang,
dinding batu, dan sebagainya.
• Padding, berfungsi untuk memberi perlindungan pada
tali dari gesekan benda tajam, seperti gesekan tali dengan sudut tebing,
dinding,dll. Padding terbuat dari bahan terpal, canvas, matras, karet tebal yang tahan terhadap gesekan.
• Cams/ friends/ spring loaded camming device (SLCD), Friends
merupakan salah satu jenis pengaman sisip yang digunakan dalam panjat
tebing, anda dapat menarik tuas baja yang membuat bagian ujung friends menyempit dan melepaskannya pada celah yang diinginkan. Friends sangat fleksible, karena dapat digunakan pada berbagai ukuran celah/rongga.
• Pitons, merupakan pengaman yang ditancapkan pada rongga-rongga tebing, piton memiliki empat jenis yaitu Bongs, Bugaboons, Knife-blades dan Angle.
• Nuts/Chock friends merupakan jenis pengaman sisip yang dimana cara penggunaannya dengan menyelipkan nuts pada sebuah rekahan yang sesuai. Nuts/Chock friends memiliki ukuran yang berbeda-beda untuk itu nuts biasanya tersedia dalam set.
• Hexes/chock hexentris, memiliki fungsi yang sama dengan nuts tetapi hexes berbentuk tabung segi enam. Hexes tetap memiliki kekuatan yang baik walaupun agak sulit dalam penggunaannya. Hexes tersedia dalam beberapa ukuran.
• Tricams, merupakan pengaman sisip selanjutnya. walaupun berbeda bentuk, tetapi fungsinya sama dengan nuts dan hexes. Pemakaiannya relatif sulit, tidak dianjurkan dipakai untuk pemula.
• Figure of eight/figur delapan, peralatan ini termasuk salah satu Descender adalah alat bantu yang digunakan untuk menuruni medan vertical dan tali sebagai jalur. Bentuknya menyerupai angka 8, ukuran dan bentuknya bermacam-macam, rate strange 3000 kg., menggunakan alat ini menyebabkan puntiran pada tali salah satu kelemahan alat ini ketika digunakan.
• Grigri, juga termasuk salah satu Descender, gigri adalah alat bantu yang digunakan untuk menuruni medan vertical dan tali sebagai jalur berfungsi sebagai alat belaying dan descender. Dilengkapi dengan handle release untuk mengontrol kecepatan belaying maupun descending. Dilengkapi dengan handel agar pengguna dapat mengontrol kecepatan saat descending, dan mengunci automatis saat handel dilepaskan. Sebagai belay device, grigri dapat dengan mudah digunakan, karena pengguna dapat dengan cepat me-release ataupun menarik apabila dibutuhkan. Selain itu alat ini dapat juga digunakan untuk ascending dengan tambahan kombinasi ascender.
• Autostop, berfungsi sebagai desender dan ini di-design untuk pengereman automatis, system kerja pengereman automatis akan bekerja ketika handle kita lepaskan. Selain itu alat ini dapat juga digunakan sebagai alat belay (belay device) untuk menurunkan korban dari ketinggian, atau dapat juga kita gunakan untuk ascending dengan tambahan kombinasi ascender.
Teknik Panjat Tebing
Tehnik-tehnik pemanjatan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan seluruh medan tebing, antara lain:[5]
• Face Climbing, Yaitu pemanjatan pada permukaan tebing yang memanfaatkan tonjolan batu(point) atau rongga yang memadai yang digunakan sebagai pijakan kaki, pegangan tangan maupun penjaga keseimbangan tubuh.
• Friction / Slab Climbing, Teknik ini semata-mata
hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada
permukaan tebing yang tidak terlalu vertical, kekasaran
permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan terbesar
diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar
mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal di atas kaki akan
memberikan gaya gesek yang baik, sehingga pemanjatan dapat dilakukan
dengan lebih mudah.
• Fissure Climbing, Teknik pemanjatan dengan fissure
climbing ini lebih memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota
badan untuk melakukan panjatan.
Dengan cara demikian, maka beberapa pengembangan dari fissure climbing, dikenal teknik-teknik dengan tehnik sebagai berikut ;
a. Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah
yang tidak begitu besar. Jari-jari tangan, kaki, ataupun bagian-bagian
tangan hingga bahu pemanjat dapat dimanfaatkan sebagai tehnik untuk
memanjat dengan cara memanfaatkan crack/retakan pada tebing untuk melakukan pemanjatan. Peralatan yang digunakan secara mayoritas adalah pengaman sisip.
b. Chimneying, teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar pada tebing(chimney).
Badan masuk di antara celah, dengan punggung menempel dan mendorong di
salah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan,
dan sebelah lagi menempel ke tebing yang berrada dibelakang pemanjat.
Kedua tangan diletakkan menempel pada tebing. Kedua tangan membantu
mendorong ke atas bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan
berat badan.
c. Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar (gullies).Tehnik
ini menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua
permukaan tebing. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu
oleh tangan yang juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.
d. Lay back, teknik memanjat pada celah vertical
dengan menggunakan kekuatantangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan
mengait tepi celah tersebut dengan posisi badan membeban ke belakang
dan menempel kesisi tebing, untuk memperkuat pegangan pemanjatnya. kedua
kaki berpijak dan mendorong pada tepi celah yang berlawanan untuk
menghasilkan daya angkat.
e. Hand traverse, Teknik memanjat pada tebing dengan gerak menyamping (horizontal). Hal ini dilakukan bila pegangan yang ideal sangat minim dan untuk memanjat vertical
sudah tidak memungkinkan lagi. Teknik ini sangat rawan, dan banyak
memakan tenaga karena seluruh berat badan tertumpu pada tangan, sedapat
mungkin pegangan tangan dibantu dengan pijakan kaki (ujung kaki) agar
berat badan dapat terbagi lebih rata.
f. Mantelself, Teknik memanjat tonjolan-tonjolan
(teras-teras kecil) yang letaknya agak tinggi, namun cukup besar untuk
diandalkan sebagai tempat berdiri selanjutnya. Kedua tangan digunakan
untuk menarik berat badan, dibantu dengan pergerakan kaki. Bila
tonjolan-tonjolan tersebut setinggi paha atau dada maka posisi tangan
berubah dari menarik menjadi menekan untuk mengangkat berat badan yang
dibantu dengan dorongan kaki.
strategi sangat diperlukan dalam setiap pemanjatan tebing, selalu
sensitif membaca keadaan, baik terhadap kemampuan diri maupun keadaan
medan yang ada, sensitif dengan keketerbatasan-keterbatasan yang mungkin
timbul dan selalu dapat mengambil keputusan untuk memnfaatkan kemampuan
diri maupun alat semaksimal mungkin, me-manage semua sumber daya sebaik
mungkin untuk dapat meraih tujuan pemanjatan.
Jenis Pemanjatan Berdasarkan Pemakaian Peralatan
Berikut jenis-jenis pemanjatan berdasarkan peralatan yang digunakan dalam pemanjatan tebing:
a. Free Climbing, Sesuai dengan namanya, pada free climbing
alat pengaman yang paling baik adalah diri sendiri. Namun keselamatan
diri dapat ditingkatkan dengan adanya keterampilan yang diperoleh dari
latihan yang baik dan mengikuti prosedur yang tepat. Pada free climbing,
peralatan berfungsi hanya sebagai pengaman bila jatuh. Dalam
pelaksanaanya ia bergerak sambil memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat
tersebut ia masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian. Dalam
pendakian tipe ini seorang pendaki diamankan oleh belayer.
b. Free Soloing Climbing, Merupakan bagian dari free climbing,
tetapi si pendaki benar-benar melakukan dengan segala resiko yang siap
dihadapinya sendiri. Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan
pengaman. Untuk melakukan free soloing climbing, seorang pendaki
harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan dan keputusan untuk
pergerakan pada rute yang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus
menghafalkan dahulu segala gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan,
sehingga biasanya orang akan melakukan free soloing climbing bila
ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama. Resiko yang dihadapi
pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang mampu
dan benar-benar professional yang akan melakukannya.
c. Atrificial Climbing, Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti piton, bolt,
dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena dalam pendakian sering
sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali memberikan
tumpuan atau peluang gerak yang memadai.
Sumber : Wikipedia bahasa Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar